Banner Image

Top Cinema

smarttalentmalaysia.com

Top Cinema : “18×2 Beyond Youthful Days” Memaknai Hidup Lewat Romansa Masa Muda

Top Cinema : “18×2 Beyond Youthful Days” Memaknai Hidup Lewat Romansa Masa Muda

SMARTTALENTMALAYSIA.COM – Film tentang romansa masa muda memang sudah banyak beredar. Namun, 18×2 Beyond Youthful Days (2024) adalah salah satu dari sedikit film dalam genre ini yang menawarkan kedalaman cerita yang lebih berarti.

Film ini mungkin menjadi pilihan sempurna bagi para ibu yang ingin menikmati tontonan yang menggemaskan sekaligus penuh makna. Melalui kisahnya, penonton diundang untuk merenung dan memberikan arti baru pada kehidupan mereka.

Sinopsis

18×2 Beyond Youthful Days (2024) mengikuti perjalanan seorang pria Taiwan bernama Jimmy (Greg Han Hsu) yang baru saja kehilangan pekerjaannya. Di usia 36 tahun, ia kembali ke rumah dan menemukan sebuah postcard yang mengingatkannya pada Ami (Kaya Kiyohara), cinta pertamanya asal Jepang. Mereka bertemu saat bekerja di sebuah rumah karaoke, dan kenangan tersebut mendorong Jimmy untuk mencari kembali cinta masa lalunya. Ia pun memutuskan melakukan perjalanan backpacking ke Jepang untuk mencari tahu kabar Ami. Akankah ia menemukan kembali cinta yang hilang?

Film arahan sutradara Michihito Fujii ini meskipun mengeksplorasi tema romansa yang kerap dianggap klise—kisah dua insan yang merawat benih cinta lewat pertemuan tak terduga—tetap berhasil menampilkan interaksi antara Jimmy dan Ami yang memikat.

Tentu saja, membangun chemistry di antara keduanya bukanlah hal yang mudah, mengingat perbedaan budaya dan bahasa yang menyelimuti mereka. Di awal pertemuan, Jimmy tampak canggung karena penguasaan bahasa Jepangnya yang terbatas, sementara Ami baru mulai belajar bahasa Mandarin. Namun, seiring berjalannya waktu, chemistry di antara mereka pun berkembang. Mereka berinteraksi meskipun tidak ada kesepakatan untuk berpacaran, mengingat Ami tengah menjalin hubungan jarak jauh dengan pria lain.

Film ini juga menghadirkan adegan-adegan romansa sederhana yang tetap bisa membuat penonton tersenyum malu, seperti saat mereka berboncengan naik motor, berbagi headset di kereta, hingga menerbangkan lampion bersama. Senyum manis Ami dan kecanggungan Jimmy saling melengkapi karakter mereka, sementara elemen komedi dari karakter-karakter pendukung semakin memperindah kisah ini.

Ketegangan mulai terasa saat Ami memutuskan untuk kembali ke Jepang, menciptakan momen yang mengubah arah cerita dan menimbulkan berbagai pertanyaan tentang keberadaan Ami.

Makna Sebuah Perjalanan

Menariknya, kisah romansa Jimmy ini disajikan dengan alur maju mundur. Saat mengenang masa-masa indah tersebut, Jimmy melakukan perjalanan sendirian ke Jepang, hanya berbekal alamat dari postcard yang diketemukan. Ia menjelajahi berbagai prefektur di Jepang dan bertemu dengan beragam orang, mulai dari pelayan kedai hingga anak muda yang tengah menjalani gap year dan perempuan penjaga warnet. Percakapan mendalam yang terjalin dengan mereka membawa Jimmy pada sudut pandang baru tentang kehidupan.

Melalui obrolan tersebut, Jimmy mulai merenungkan ambisi dan cita-citanya. Ia menyadari bahwa ketika seseorang terjebak dalam ilusi ambisi, kadang ia perlu mengambil jarak untuk melihat dengan jernih. Perjalanan ini tidak hanya menjadi usaha Jimmy untuk menemukan cinta lamanya, melainkan juga merupakan kesempatan untuk menemukan jati dirinya yang sebenarnya.
Selain itu, pemandangan yang disajikan begitu indah, memanjakan mata setiap penonton. Panorama Jepang yang diselimuti salju menciptakan suasana yang melankolis dan menggugah perasaan. Penonton seolah diajak untuk merenungkan, apa yang sebenarnya menanti Jimmy di ujung perjalanan dinamikanya ke Jepang?

Meskipun pertanyaan ini mungkin memiliki jawaban yang dapat ditebak, film ini tetap menyajikan plot twist yang mengubah pandangan penonton terhadap karakter utama.

Menggali makna kehidupan melalui cinta masa muda
Cinta masa muda sering kali dianggap sebagai bentuk cinta yang naif, terlalu polos untuk memahami realitas hidup. Selain itu, cinta ini juga kerap kali mengandung unsur keegoisan. Namun, dengan mempelajari cinta masa muda, kita dapat belajar untuk meredam ego-ego yang masih membekas saat kita beranjak dewasa.

Film 18×2: Beyond Youthful Days (2024) mengajak kita untuk merenungkan kembali makna hidup. Ketika seseorang mulai kehilangan arah, tidak ada salahnya untuk menoleh ke belakang dan mengingat masa lalu. Masa muda adalah cerminan diri yang dapat dijadikan acuan untuk mengevaluasi kembali tujuan hidup kita saat ini.

Film ini juga mengingatkan kita akan pentingnya mengambil waktu sejenak dari rutinitas untuk lebih mengenal diri sendiri. Kita kadang perlu dibangunkan oleh kenangan masa lalu agar tidak terjebak dalam ambisi yang membutakan.

Baca Juga : Top Cinema : Kabut Berduri – Borderless Fog Sebuah Cerita Noir Kontemporer

Share: Facebook Twitter Linkedin
Tinggalkan Balasan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *